Lebih Dekat Dengan Jokowi: Tentang Jokowi
Contact Us:

If You Have Any Problem, Wanna Help, Wanna Write Guest Post, Find Any Error Or Want To Give Us Feedback, Just Feel Free To Contact Us. We Will Reply You Soon.

Name: *


Email: *

Message: *


Tampilkan postingan dengan label Tentang Jokowi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentang Jokowi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Mei 2014

Ketua KPK: Jokowi Patut Diteladani

=> Ingin Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/
Ketua KPK: Jokowi Patut Diteladani

Bukan hanya kalangan masyarakat luas yang memuji kepimpinan Joko Widodo alias Jokowi sebagai Wali Kota Solo. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad pun mengungkapkan kekagumannya terhadap Jokowi.

Pujian Ketua KPK untuk Jokowi sebagai sosok pemimpin yang memberi inspirasi pun dilontarkannya saat menghadiri acara diskusi yang digelar PDIP "Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang. Bebas Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat" di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (10/2/2012).

"Diantara kader-kader PDIP yang hadir di sini, ada birokrasi, ada yang gubernur, dan satu lagi apakah ada Pak Jokowi," tanya Abraham pada kader PDIP yang hadir saat itu.

"Pak Jokowi sungguh luar biasa sebagai kepala daerah, wali kota yang bisa memberi inspirasi bagi seluruh kepala daerah yang ada di Indonesia," sambungnya, setelah tahu Jokowi ada diantara orang-orang tersebut.

Abraham berharap Jokowi dapat menjadi teladan bagi kepala daerah di Indonesia yang anti korupsi dan membela rakyat kecil. Memperhatikan nasib rakyatnya. "Semoga semua pemimpin bisa meneladeni Pak Jokowi. Kalau semangat antikorupsi dan semangat pak Jokowi ditularkan ke seluruh Tanah Air, saya pikir perlahan-lahan negara ini menjadi baik, korupsi dapat dicegah," kata Abraham.

Seperti yang diketahui, di bawah kepemimpinan Jokowi, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui moto "Solo: The Spirit of Java". Jokowi mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka.

Selain itu, Jokowi juga memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik. Ia juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Tak hanya itu, pria yang meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985 ini juga turun langsung ke tengah masyarakat untuk melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka.

Pak Jokowi memang Figur Tokoh yang perlu Dicontoh

=> Ingin Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/
Pak Jokowi memang Figur Tokoh yang perlu Dicontoh

Walaupun saya bukan warga DKI Jakarta, saya sangat kagum oleh Pak Jokowi tokoh yang satu ini. Coba saja perhatikan, yang saya tahu selama ini baru melihat seorang tokoh negarawan tingkat gubernur yang mau blepotan masuk ke tempat-tempat becek dan kotor, dengan busana yang merakyat, mau berjabatan tangan dengan masyarakat yang kumal. Benar-benar saya kagum oleh Pak Jokowi Gubernur DKI yang satu ini sangat menarik simpati masyarakat, bukan hanya masyarakat Ibu Kota, melainkan menarik perhatian seluruh masyarakat Indonesia.

Pak Jokowi memang Figur Tokoh yang perlu Dicontoh

Kenapa musti gengsi dan malu dekat dengan masyarakat? Bukankah bisa menjadi pemimpin itu karena ada yang dipimpin? Pak Jokowi memang hebat dimata rakyat, terutama rakyat kecil. Entahlah kalau dimata kaum elit, saya tidak tahu, sebab saya sendiri masyarakat kecil. Saya kira tidak masalah jika para elit tidak sependapat dengan kaum kecil, tetapi yang jelas apa yang dilakukan Pak Jokowi tidak akan menurunkan wibawa dan kehormatan sebagai seorang tokoh negarawan tingkat Gubernur.

SebutanPak Joko Widodo di kalangan masyarakat Ibu Kota yang begitu akrab dengan panggilan beliau Jokowi, saya kira itu luar biasa memiliki nama panggilan keakraban yang jarang dimiliki oleh tokoh tokoh lain yang tidak memiliki keistimewaan di mata masyarakat. Seperti halnya Gusdur sebutan Presiden kita di masa lalu tidak menurunkan kebesaran Gusdur sebagai negarawan, Gusdur tetap Gusdur seorang negarawan yang memiliki nama besar yang tidak perlu disanksikan.

Apabila Pak Jokowi tidak berubah, tetap seperti sekarang.. saya yakin nama Jokowi akan semakin melekat dihati masyarakat, terutama rakyat kecil. Saya yakin Pak Jokowi sangat memperhatikan dan berusaha merasakan apa yang menjadi keinginan semua lapisan masyarakat mulai dari keinginan masyarakat kecil sampai apa yang diharapkan masyarakat menengah ke atas.

Semoga dengan munculnya sosok tokoh yang patut dicontoh seperti Pak Jokowi akan melahirkan Jokowi-Jokowi yang lainnya yang peduli pada kepentingan rakyat, mengabdi sepenuh hati yang kadang kadang tida melihat waktu, sebagainya. Sungguh Pak Jokowi sangat luar biasa. Kini Pak Jokowi hadir namanya langsung dikenang rakyat. Selamat Pak Jokowi.. semoga apa yang selama ini dilakukan Pak Jokowi menjadi tauladan dan ditiru tokoh-tokoh negarawan yang lain.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

=> Ingin Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/

Jokowi adalah tokoh pemimpin terpuji Walikota Solo dan berperan memperomosikan Mobil ESEMKA. Ir. Joko Widodo (Jokowi) adalah walikota Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bhakti 2005-2015. Wakil walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo. Jokowi lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961. Agama Jokowi adalah Islam. Pada 2012 Jokowi memenangkan Pilkada DKI Jakarta dan ditetapkan sebagi Gubernur DKI Jakarta. Banyak pihak optimis dengan kinerja Jokowi dan wakilnya Ahok untuk memperbaiki kota Jakarta yang semerawut.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota Solo, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini; bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui moto “Solo: The Spirit of Java“. Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.
Berkat prestasi tersebut, Jokowi terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″ oleh Majalah Tempo.
Asal Nama Julukan Jokowi

“Jokowi itu pemberian nama dari buyer saya dari Prancis,” begitu kata Wali Kota Solo, Joko Widodo, saat ditanya dari mana muncul nama Jokowi. Kata dia, begitu banyak nama dengan nama depan Joko yang jadi eksportir mebel kayu. Pembeli dari luar bingung untuk membedakan, Joko yang ini apa Joko yang itu. Makanya, dia terus diberi nama khusus, ‘Jokowi’. Panggilan itu kemudian melekat sampai sekarang. Di kartu nama yang dia berikan tertulis, Jokowi, Wali Kota Solo. Belakangan dia mengecek, di Solo yang namanya persis Joko Widodo ada 16 orang.
Saat ini, Jokowi menjabat untuk periode kedua. Kemenangan mutlak diperoleh saat pemilihan wali kota tahun lalu. Nama Jokowi kini tidak hanya populer, tapi kepribadiannya juga disukai masyarakat. Setidaknya, ketika pergi ke pasar-pasar, para pedagang beramai-ramai memanggilnya, atau paling tidak berbisik pada orang sebelahnya, “Eh..itu Pak Joko.”
Bagaimana ceritanya sehingga dia bisa dicintai masyarakat Solo? Kebijakan apa saja yang telah membuat rakyatnya senang? Mengapa pula dia harus menginjak pegawainya? Berikut wawancara wartawan Republika, Ditto Pappilanda, dengan Jokowi dalam kebersamaannya sepanjang setengah hari di seputaran Solo.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

Sikap apa yang Anda bawa dalam menjalankan karier sebagai birokrat?
Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel. Saya enggak berpikir macam-macam, wong enggak bisa apa-apa. Mau dinilai tidak baik, silakan, mau dinilai baik, ya silakan. Saya kan tugasnya hanya bekerja. Enggak ada kemauan macam-macam. Enggak punya target apa-apa. Bekerja. Begitu saja.
Bener, saya tidak muluk-muluk dan sebenarnya yang kita jalankan pun semua orang bisa ngerjain. Hanya, mau enggak. Punya niat enggak. Itu saja. Enggak usah tinggi-tinggi. Sederhana sekali.
Contoh, lima tahun yang lalu, pelayanan KTP kita di kecamatan semrawut. KTP bisa dua minggu, bisa tiga minggu selesai. Tidak ada waktu yang jelas. Bergantung pada yang meminta, seminggu bisa, dua minggu bisa. Tapi, dengan memperbaiki sistem, apa pun akan bisa berubah. Menyiapkan sistem, kemudian melaksanakan sistem itu, dan kalau ada yang enggak mau melaksanakan sistem, ya, saya injak.
Awalnya reaksi internal bagaimana?
Ya biasa, resistensi setahun di depan, tapi setelah itu, ya, biasa saja. Semuanya kalau sudah biasa, ya semuanya senang. Ya, kita mengerti itu masalah kue, ternyata ya juga bisa dilakukan.
Untuk mengubah sistem proses KTP itu, tiga lurah saya copot, satu camat saya copot. Saat itu, ketika rapat diikuti 51 lurah, ada tiga lurah yang kelihatan tidak niat. Enggak mungkin satu jam, pak, paling tiga hari, kata mereka. Besoknya lurah itu tidak menjabat. Kalau saya, gitu saja. Rapat lima camat lagi, ada satu camat, sulit pak, karena harus entri data. Wah ini sama, lah. Ya, sudah.
Nyatanya, setelah mereka hilang, sistemnya bisa jalan. Seluruh kecamatan sekarang sudah seperti bank. Tidak ada lagi sekat antara masyarakat dan pegawai, terbuka semua. Satu jam juga sudah jadi. Rupiah yang harus dibayar sesuai perda, Rp 5.000.
Anda juga punya pengalaman menarik dalam penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kemudian banyak menjadi rujukan?
Iya. Sekarang banyak daerah-daerah ke sini, mau mengubah mindset. Oh ternyata penanganan (PKL) bisa tanpa berantem. Memang tidak mudah. Pengalaman kami waktu itu adalah memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang sudah dijadikan tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20 tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi tempat dagang sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah kekumuhan.
Lima tahun yang lalu, mereka saya undang makan di sini (ruang rapat rumah dinas wali kota). Saya ajak makan siang, saya ajak makan malam. Saya ajak bicara. Sampai 54 kali, saya ajak makan siang, makan malam, seperti ini. Tujuh bulan seperti ini. Akhirnya, mereka mau pindah. Enggak usah di-gebukin.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

Mengapa butuh tujuh bulan, mengapa tidak di tiga bulan pertama?
Kita melihat-melihat angin, lah. Kalau Anda lihat, pertama kali mereka saya ajak ke sini, mereka semuanya langsung pasang spanduk. Pokoknya kalau dipindah, akan berjuang sampai titik darah penghabisan, nyiapin bambu runcing. Bahkan, ada yang mengancam membakar balai kota.
Situasi panas itu sampai pertemuan ke berapa?
Masih sampai pertemuan ke-30. Pertemuan 30-50 baru kita berbicara. Mereka butuh apa, mereka ingin apa, mereka khawatir mengenai apa. Dulu, mereka minta sembilan trayek angkot untuk menuju wilayah baru. Kita beri tiga angkutan umum. Jalannya yang sempit, kita perlebar.
Yang sulit itu, mereka meminta jaminan omzet di tempat yang baru sama seperti di tempat yang lama. Wah, bagaimana wali kota disuruh menjamin seperti itu. Jawaban saya, rezeki yang atur di atas, tapi nanti selama empat bulan akan saya iklankan di televisi lokal, di koran lokal, saya pasang spanduk di seluruh penjuru kota. Akhirnya, mereka mau pindah.
Pindahnya mereka saya siapkan 45 truk, saya tunggui dua hari, mereka pindah sendiri-sendiri. Pindahnya mereka dari tempat lama ke tempat baru saya kirab dengan prajurit keraton. Ini yang enggak ada di dunia mana pun. Mereka bawa tumpeng satu per satu sebagai simbol kemakmuran. Artinya, pindahnya senang. Tempat yang lama sudah jadi ruang terbuka hijau kembali.
Omzetnya di tempat yang baru?
Bisa empat kali. Bisa tanya ke sana, jangan tanya saya. Tapi, ya kira-kira ada yang sepuluh kali, ada yang empat kali. Rata-rata empat kali. Ada yang sebulan Rp 300 juta. Itu sudah bukan PKL lagi, geleng-geleng saya.
Bagaimana dengan PKL yang lain?
Setelah yang eks-PKL Banjarsari pindah, tidak sulit meyakinkan yang lain. Cukup pertemuan tiga sampai tujuh kali pertemuan selesai. Sampai saat ini, kita sudah pindahkan 23 titik PKL, tidak ada masalah.
Lha yang repot sekarang ini malah pedagang PKL itu minta direlokasi. Kita yang nggak punya duit. Sampai sekarang ini, masih 38 persen PKL yang belum direlokasi. Jadi, kalau masih melihatPKL di jalan atau trotoar, itu bagian dari 38 persen tadi.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

Tampaknya, pemberdayaan pasar menjadi perhatian Anda?
Oiya. Kita sudah merenovasi 34 pasar dan membangun pasar yang baru di tujuh lokasi. Jika dikelola dengan baik, pasar ini mendatangkan pendapatan daerah yang besar.
Dulu, ketika saya masuk, pendapatan dari pasar hanya Rp 7,8 miliar, sekarang Rp 19,2 miliar. Hotel hanya Rp 10 miliar, restoran Rp 5 miliar, parkir Rp 1,8 miliar, advertising Rp 4 miliar. Hasil Rp 19,2 miliar itu hanya dari retribusi harian Rp 2.600. Pedagangnya banyak sekali, kok. Ini yang harus dilihat. Asal manajemennya bagus, enggak rugi kita bangun-bangun pasar. Masyarakat-pedagang terlayani, kita dapat income seperti itu.
Sementara kalau mal, enggak tahu saya, paling bayar IMB saja, kita mau tarik apa? Makanya, mal juga kita batasi. Begitu juga hypermarket kita batasi. Bahkan, minimarket juga saya stop izinnya. Rencananya dulu akan ada 60-80 yang buka, tapi tidak saya izinkan. Sekarang hanya ada belasan.
Tapi, sepertinya Pasar Klewer belum tersentuh ya, kondisinya masih kurang nyaman?
Klewer itu, waduh. Duitnya gede sekali. Kemarin, dihitung investor, Rp 400 miliar. Duit dari mana? Anggaran berapa puluh tahun, kita mau cari jurus apa belum ketemu. Anggaran belanja Solo Rp 780 miliar, tahun ini Rp 1,26 triliun. Tidak mampu kita. Pedagang di Klewer lebih banyak, 3.000-an pedagang, pasarnya juga besar sekali. Di situ, yang Solo banyak, Sukoharjo banyak, Sragen banyak, Jepara ada, Pekalongan ada, Tegal ada. Batik dari mana-mana. Tapi, saya yakin ada jurusnya, hanya belum ketemu aja.
Soal pendidikan, di beberapa daerah sudah banyak dilakukan pendidikan gratis, apakah di Solo juga begitu?
Kita beda. Di sini, kita menerbitkan kartu untuk siswa, ada platinum, gold, dan silver. Mereka yang paling miskin itu memperoleh kartu platinum. Mereka ini gratis semuanya, mulai dari uang pangkal sampai kebutuhan sekolah dan juga biaya operasional. Kemudian, yang gold itu mendapat fasilitas, tapi tak sebanyak platinum. Begitu juga yang silver, hanya dibayari pemkot untuk kebutuhan tertentu.
Itu juga yang diberlakukan untuk kesehatan?
Iya, ada kartu seperti itu, ada gold dan silver. Gold ini untuk mereka yang masuk golongan sangat miskin. Semua gratis, perawatan rawat inap, bahkan cuci darah pun untuk yang gold ini gratis.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

Tampaknya, sekarang masyarakat sudah percaya pada Anda, padahal di awal terpilih, banyak yang sangsi?
Yah, satu tahun, lah. Namanya belum dikenal, saya kan bukan potongan wali kota, kurus, jelek. Saya juga enggak pernah muncul di Solo, apalagi bisnis saya 100 persen ekspor. Ada yang sangsi, ya biar saja, sampai sekarang enggak apa-apa. Mau sangsi, mau menilai jelek, terserah orang.
Dulu, apa niat awalnya jadi wali kota?
Enggak ada niat, kecelakaan. Ndak tahu itu. Dulu, pilkada pertama, kita dapat suara 37 persen, menang tipis. Wong saya bukan orang terkenal, kok. Yang lain terkenal semuanya kan, saya enggak. Tapi, kelihatannya masyarakat sudah malas dengan orang terkenal. Mau coba yang enggak terkenal. Coba-coba, jadi saya bilang kecelakaan tadi itu memang betul.
Hal apa yang paling mengesankan selama Anda menjadi wali kota?
Paling mengesankan? Paling mengesankan itu, kalau dulu, kan, wali kota mesti meresmikan hal yang gede-gede. Meresmikan mal terbesar besar misalnya. Tapi, sekarang, gapura, pos ronda, semuanya saya yang buka, kok. Pos ronda minta dibuka wali kota, gapura dibuka wali kota, ya gimana rakyat yang minta, buka aja. Ya, kadang-kadang lucu juga. Tapi kita nikmati.
Apa kesulitan yang paling pertama Anda temui saat menjabat sebagai wali kota?
Masalah aturan. Betul. Kita, kalau di usaha, mencari yang se-simpel mungkin, seefisien mungkin. Tapi, kita di pemerintahan enggak bisa, ada tahapan aturan. Meskipun anggaran ada, aturannya enggak terpenuhi, enggak bisa jalani. Harusnya, bisa kita kerjain dua minggu, harus menunggu dua tahun. Banyak aturan-aturan yang justru membelenggu kita sendiri, terlalu prosedural. Kita ini jadi negara prosedur.
Apa pertimbangannya saat Anda mencalonkan untuk kali kedua?
Sebetulnya, saya enggak mau. Mau balik lagi ke habitat tukang kayu. Saat itu, setiap hari datang berbondong-bondong berbagai kelompok yang mendorong saya maju lagi. Mereka katakan, ini suara rakyat. Saya berpikir, ini benar ndak, apa hanya rekayasa politik. Dua minggu saya cuti, pusing saya mikir itu. Saya pulang, okelah saya survei saja. Saya survei pertama, dapatnya 87 persen. Enggak percaya, saya survei lagi, dapatnya 87 persen lagi.

Sosok Pemimpin yang harus diteladani

Setelah survei itu, saya melihat, benar-benar ada keinginan masyarakat. Jadi, yang datang ke saya itu benar. Dan ternyata memang saya dapat hampir 91 persen. Saya lihat ada harapan dan ekspektasi yang terlalu besar. Perhitungan saya 65-70 persen. Hitungan di atas kertas 65:35, atau 60:40, kira-kira.
Ada kekhwatiran tidak, ketika lepas jabatan, semua yang Anda bangun tetap terjaga?
Pertama ada blueprint, ada concept plan kota. Paling tidak, pemimpin baru nanti enggak usah pakai 100 persen, seenggaknya 70 persen. Jangan sampai, sudah SMP, kembali lagi ke TK. Saya punya kewajiban juga untuk menyiapkan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan nantinya.
Biodata Joko Widodo

Nama : Joko Widodo
Tempat Tanggal Lahir: Surakarta, 21 Juni 1961
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Profil Facebook : jokowi
Akun twitter : jokowi_do2
Email: jokowi@indo.net.id
Alamat Kantor : Jl. Jend. Sudirman No. 2 Telp. 644644, 642020, Psw 400, Fax. 646303
Alamat Rumah Dinas : Rumah Dinas Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi No. 261 Telp. 712004
HP. 0817441111
Pendidikan:
SDN 111 Tirtoyoso Solo
SMPN 1 Solo
SMAN 6 Solo
Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985
Karir:
Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990)
Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996)
Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
Penghargaan:
Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″
Menjadi walikota terbaik tahun 2009
Pak Joko Widodo jg meraih penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama membangun dan memimpin kota Solo.
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award
Selain itu, berkat kepemimpinan beliau (dan tentunya semua pihak yg membantu), kota Solo jg banyak meraih penghargaan, di antaranya
Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan
Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum
Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia

Cerita Masa Kecil Jokowi

=> Ingin Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/
Cerita Masa Kecil Jokowi

Sujiatmi Notomiharjo (69), ibunda Joko Widodo, tak menyembunyikan sukacitanya mendengar keunggulan putranya dalam hitung cepat hasil Pilkada DKI Jakarta. Kepada wartawan di kediaman Jokowi, Gang Arab, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (21/9/2012), Sujiatmi berkenan membagikan cerita tentang masa kecil Jokowi. 

"Waktu kecil dia suka jajan. Semua penjual jajanan yang lewat pasti dia panggil," ungkap Sujiatmi. 

Kebiasaan itu membuat Jokowi sempat dikerjain kakeknya. Saat penjual arang panggul melewati rumah mereka, sang kakek pun memanggilnya. 

"Kakeknya nanya, ini kamu ndak beli? Terus dia jawabnya, ndak, ndak beli," kata Sujiatmi sambil tersenyum geli mengingat tingkah si kecil Jokowi dulu. 

Dalam pandangannya, Joko kecil tidak tergolong anak nakal. Kenakalan Joko tergolong normal untuk anak seusianya. Yang pasti, Joko kecil sudah terhitung rajin. Dia sering membantu ayahnya yang bekerja sebagai pedagang kayu. Kebiasaan itu masih berlanjut hingga masa-masa liburan Joko saat ia kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 

"Dia sering bantu ayahnya ngangkut kayu ke mobil pembeli," ujar Sujiatmi. 

Joko kecil, menurut ibunya, bercita-cita menjadi pengusaha. Ia ingin mengikuti jejak kakek dan ayahnya yang bekerja di bidang perkayuan. Usaha keluarga itulah yang kemudian dikembangkan oleh Jokowi hingga sebelum ia memasuki dunia birokrasi. 

"Perusahaannya masih jalan sampai sekarang, dijalanin adik-adiknya Pak Jokowi. Namanya PT Rakap," kata Sujiatmi.

Kisah Jokowi Kecil, Hidup Pas-pasan dan Belajar Lebih Lama

=> Ingin Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/
Kisah Jokowi Kecil, Hidup Pas-pasan dan Belajar Lebih Lama

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengunjungi Sekolah Pendidikan Pluit yang berada di bawah Yayasan Al Mukhlisin di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Kedatangan Jokowi untuk mengecek pendistribusian Kartu Jakarta Pintar (KJP) di sekolah tersebut.

Pantauan Liputan6.com, dalam kesempatan itu, selain mengecek jumlah siswa yang telah menerima kartu Jakarta Pintar, Jokowi bertatap muka dengan para siswa di sebuah ruang kelas. Ia pun memberi motivasi kepada puluhan siswa tersebut.

"Kalau pulang sekolah, di rumah belajarnya jam berapa sampai jam berapa?" tanya Jokowi, Rabu (26/2/2014).

"Belajar dari jam 7 malam sampai jam 9 malam Pak," ucap beberapa orang siswa.

Mendengar jawaban para siswa, Jokowi kemudian menceritakan kisahnya saat masih duduk di bangku sekolah. Ia menuturkan waktu masa kecilnya, mantan walikota Solo ini mengaku tak seperti siswa lain yang berkecukupan dan mampu mengikuti kegiatan les di luar sekolah. Sebagai anak seorang tukang kayu, Jokowi hidup serba pas-pasan.

"Saya itu dulu tinggal di bantaran kali. Ndak kayak yang lain-lain, bisa ikut les macem-macem. Karena sadar saya nggak bisa seperti mereka, akhirnya saya belajar lebih daripada mereka. Kalau temen-teman saya belajar dari jam 7 sampai 9 malam, maka saya belajar dari jam 7 sampai jam 11 malam," kisah Jokowi.

Belajar dari kisah masa kecilnya, Jokowi mengajak para siswa untuk lebih giat lagi belajar untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Terlebih saat ini para pelajar telah dimudahkan dengan adanya fasilitas Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang disediakan Pemprov DKI Jakarta.

"Dengan kartu ini, kalian bisa membeli apa saja yang menjadi kebutuhan sekolah. Untuk beli sepatu, tas, buku, dan yang berkaitan dengan keperluan sekolah," jelas Jokowi.

Setelah memberi sedikit motivasi, Jokowi kemudian memanggil beberapa siswa yang telah mendapatkan KJP. Dia lalu menanyakan kepada siswa tersebut untuk apa saja uang yang berasal dari KJP itu digunakan.

"Kamu sini maju, uangnya untuk apa saja? Untuk beli tas, beli baju, beli sepatu, terus beli buku, apa lagi? beli handphone bukan?" tanya Jokowi.

"Ya nggaklah, Pak. Masa beli handphone? Untuk beli semua kebutuhan sekolah, ya sepatu, tas, seragam," jawab Farhan, siswa kelas VIII sekolah tersebut.

"Itu baru bener. KJP itu untuk beli keperluan sekolah. Bukan untuk beli TV. Beli handphone. Beli motor. Beli pulsa. Nanti saya cek. Kalau misalnya ketahuan, saya cabut nanti KJP-nya," tegas Jokowi.

Akhir kunjungannya, Jokowi berpesan agar para siswa belajar bersungguh-sungguh dan mematuhi segala aturan yang telah dibuat oleh sekolah. "Semoga semua pinter-pinter, lulus semua. Jangan lupa beribadah, patuh pada guru dan orangtua," pesan Jokowi. YUS

Rabu, 07 Mei 2014

Kisah Jokowi dalam Soal Ujian Nasional SMP

=> Ingin Lebih Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/
Kisah Jokowi dalam Soal Ujian Nasional SMP

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Utut Adianto akan membentuk panitia kerja untuk mengevaluasi pelaksanaan Ujian Nasional 2014 yang memiliki sejumlah persoalan. 
Rencana itu terkait dengan masih terdapatnya soal dalam naskah ujian yang bernilai politis, yakni memasukkan nama Jokowi, yang dinilai bisa menguntungkan atau malah merugikan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

"Proses pembuatan (soal) ada di BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan). Ketika membuat soal seharusnya bebas dari nilai-nilai politis. Apalagi UN selalu menuai pro dan kontra," kata Utut, Senin, 5 Mei 2014. (Baca: Menteri Nuh Jamin Soal UN SMP Bebas dari Tokoh Politik)

Nama Jokowi muncul dalam dalam naskah UN tingkat SMA mata pelajaran bahasa Indonesia jurusan IPS. Dalam soal pilihan ganda tersebut tertuang satu paragraf tentang latar belakang Joko Widodo dan pertanyaan tentang keteladanan dan permasalahan yang dihadapinya berdasarkan paragraf itu.

Pda pelaksanaan UN tingkat SMP sederajat hari pertama pada 5 Mei, Utut juga mendapat laporan dari DPRD Padang bahwa nama Jokowi masih terdapat dalam soal bahasa Indonesia. "Kami tidak memiliki akses untuk mengetahui soal karena termasuk dokumen negara yang sifatnya rahasia sebelum dibuka," katanya.

Persoalan lain yang mucul pada UN tingkat SMP, misalnya, adanya pertanyaan yang hilang dalam soal bahasa Indonesia. Dari 50 soal yang diuji, tidak terdapat pertanyaan pada nomor 45 seperti yang terjadi di SMP Negeri 10 Padang. Kasus itu hampir terjadi di setiap kelas. Rata-rata dua naskah tidak mempunyai pertanyaan pada nomor 45.

Persoalan lainnya adalah terpisahnya lembaran soal nomor 1-7 dan nomor 45-50 sehingga membingungkan para murid. Hal itu terjadi karena masih tercantumnya nama Jokowi dalam soal yang lama. "Kami akan raker untuk membahas hal ini," kata Utut.

Ia mengatakan saat ini DPR RI juga sedang membuat tabulasi sisi positif dan negatif palaksanaan UN. Dalam rapat kerja yang akan digelar nantinya juga akan dibahas pertimbangan apakah UN masih perlu pada tahun-tahun berikutnya. "Kalau pembobotan, (nilai) UN 60 persen, sedangkan ujian sekolah 40 persen," katanya.

Anggota Komisi X DPR RI Zulfadli menyebutkan adanya keteledoran dalam penulisan soal UN harus segera dievaluasi Kementerian Pendidikan. Sebab, adanya lembaran soal yang terpisah-pisah atau adanya pertanyaan yang hilang dalam naskah harus sudah diganti jauh-jauh hari sebelum soal dicetak. (Baca: Ada Jokowi dan Topeng Monyet di UN Braile)

"Kalau mau diganti seharusnya sebelum dicetak. Kalau sekarang, yang ada malah dua versi jenis. Soal yang dipakai dan ada soal yang tidak dipakai. Siswa jadi bingung apalagi hari pertama yang seharusnya mereka bisa lebih konsentrasi," katanya.


Nama Gubernur DKI Jakarta kembali muncul di soal ujian nasional tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Namanya muncul dalam soal UN bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada Senin, 5 Mei 2014. 

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengungkapkan sudah menerima laporan adanya soal ujian yang terkait dengan tokoh politik itu. Kisah Jokowi itu, kata dia, muncul dalam soal Bahasa Indonesia SMP.

Disebutkan, "Jokowi anak seorang tukang kayu. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan kuliah Kehutanan di UGM. Lulus dari UGM, ia merantau ke Aceh dan kembali ke Solo bekerja di bidang perkayuan CV Roda Jati. Tahun 1998 ia berhenti. Bermodalkan pengalaman, kegigihan, kerja keras dan dan keuletannya, akhirnya Jokowi mengembangkan bisnisnya di bidang mebel". 


Selain menerima pengaduan tentang soal tentang Jokowi, Retno juga menerima pengaduan tentang jumlah soal yang tak sesuai. "Ada yang mengadu dapat 55 soal, ada yang soalnya kurang dari 50," katanya. Retno meminta agar pemerintah tak memberikan sanksi kepada sekolah maupun siswa. "Mereka itu korban," ujarnya. 

Selasa, 06 Mei 2014

Jokowi dalam Bayangan Dinasti

=> Ingin Lebih Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/
Jokowi dalam Bayangan Dinasti

Ia adalah aktor senior. Keluarga besarnya sejak Orde Baru memilih Golkar. Ia ingin Joko Widodo jadi presiden. Tapi dalam pemilu legislatif 2014 ia malah mencoblos Gerindra. Ia tak ingin namanya disebut, sebab tak enak pada keluarga besarnya yang pendukung pohon beringin.

Kenapa tidak tusuk PDIP? Jawabnya, “Ah, semua orang bakal pilih PDIP. Jadi biar ada keseimbangan kekuatan, aku coblos Gerindra.” Ia tahu ketua partai muda itu terlibat kasus pelanggaran hak asasi manusia. Baginya itu isu penting. Tapi ia juga yakin Prabowo tidak akan jadi presiden.

Suara yang didapat banteng tidak mencapai target ataupun prediksi lembaga survei. Bahkan tak sampai 20% agar PDIP bisa mencalonkan presiden sendiri. Efek Jokowi ternyata tak sehebat yang ditabuh, begitu kata lawan maupun elemen dalam partai itu. Tapi, asumsi linear mengenai Efek Jokowi itulah yang mungkin harus ditinjau. Rangkaian pemilu tahun ini mungkin akan menunjukkan bahwa orang tidak berpikir satu aras.

Aktor senior di awal tulisan ini membuktikan bahwa bahkan orang yang ingin Jokowi RI-1 ternyata tidak ingin PDIP jadi dominan. Justru karena kemenangan PDIP sudah diprediksi, ia malah bertindak sebaliknya. Kita boleh berkerut dahi tentang argumennya bahwa Prabowo tidak akan terpilih jadi presiden sekalipun partainya besar. Di sini kita melihat orang membuat perhitungan berdasarkan asumsi yang beragam bahkan bertentangan.

Yang jelas, PDIP belum berhasil peroleh kepercayaan rakyat seperti yang didapatnya begitu Soeharto turun. Itu tentu karena kinerjanya selama 15 tahun Reformasi tidak memuaskan harapan yang dulu demikian besar. Sebetulnya, hal ini tak pada PDIP saja. Orang tampaknya kecewa pada partai-partai yang telah mendapat kesempatan. Harapan baru pun diarahkan pada yang belum betul-betul membuktikan pengalaman berkuasa: Gerindra dan PKB. Mirip konsumen pindah ke merk baru.

Tapi PDIP khas karena satu hal: adanya dinasti. Tak ada pada partai lain. Partai Demokrat nyaris memulainya tapi kini sedang gembos. Dinasti Sukarno adalah kekuatan sekaligus kelemahan PDIP. Tanpa bayang-bayang sang proklamator, banteng bagai tanpa roh. Sayangnya, Megawati dan Puan Maharani sama sekali tidak menimbulkan sentimen positif publik. Mega telah membuat orang kapok memilihnya lagi dalam dua pemilu. Puan dicurigai terlalu ingin berkuasa. Sebagian orang, seperti sang aktor senior, mau Jokowi sekaligus ingin menjegal Puan dari kemungkinan calon wakil presiden. Kita bisa membayangkan Aburizal Bakrie digulingkan dari Golkar atau Suryadarma Ali dari PPP, tapi kita tak bisa membayangkan Mega disingkirkan dari PDIP.

Titik keseimbangan apa yang bisa dicapai PDIP ke depan? Tak semua dinasti menjadi despot atau gagal mereformasi diri dalam iklim demokrasi. Beberapa monarki di Eropa Barat bertahan dengan kekuasaan yang terbatas: Inggris, Belanda, Belgia, Norwegia, dll. Dalam demokrasi, para dinasti ini berubah dari penguasa menjadi pemelihara simbol.

Jokowi dalam Bayangan Dinasti
Dinasti Sukarno bisa mengambil peran sebagai pemelihara “ajaran” Sukarno—lebih baik disebut “pemikiran” Sukarno agar bisa dipelihara secara rasional dan terbuka. Dengan segala kekurangannya di masa tua, Sukarno adalah Bapak Bangsa yang mengartikulasikan kesadaran bangsa dengan sangat visioner. Dinasti dalam PDIP bukan tanpa modal pemikiran (ini tak dimiliki PD seandainya SBY berhasil membangun dinasti.)

Jika dinasti Sukarno bisa menahan nafsu berkuasa, tak memelihara penjilat, membiarkan proses demokratis dalam organisasi, PDIP berpotensi menjadi partai istimewa. Semua partai bisa korup ataupun membersihkan diri dari korupsi, tapi tak semua punya ikatan yang demikian erat dengan awal berdirinya bangsa ini. Lagipula, pemikiran Sukarno jugalah yang dulu menginspirasi Jokowi muda.

Di sebuah TPS di Depok, Ari, seorang arsitek yang keluarganya pernah mendukung PKS, kini juga ingin Jokowi4President. Untuk itu, ia memilih PDIP. Sebagai pernyataan bahwa ia sebetulnya bukan pendukung banteng, ia coblos calon perempuan yang ada di urutan bontot. “Yang suaranya pasti kecil,” katanya.

Serangan Prabowo ke Jokowi Terlalu Sadis

=> Ingin Lebih Mengenal Jokowi Lebih Dalam Kunjungin Juga http://www.evywers.com/
Serangan Prabowo ke Jokowi Terlalu Sadis

Serangan 'capres boneka' Prabowo pada Jokowi menuai kritik. Pernyataan ini dinilai berlebihan bahkan terlalu sadis.
"Tuduhan Prabowo ke Jokowi bahwa dia boneka itu sadis. Ya memang ada konflik dengan pencapresan tapi tetap harus santun," kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Tjipta Lesmana dalam diskusi 'Siapa Dalang dan Wayang Capres 2014' di Warung Daun, Jalan Cikini, Jakpus, Sabtu (29/3).

Ia menilai seharusnya kesempatan kampanye adalah ajang pemaparan ide. Bukan menunjukkan kebencian dan sakit hati pada partai lain.

Ia menganjurkan sebaiknya Prabowo menghentikan serangannya pada PDIP dan Jokowi. Menurutnya hal ini akan mengurangi simpati masyarakat pada Gerindra.

"Saran saya untuk Pak Prabowo, stop complaining. Apa artinya kampanye dengan menanamkan sikap ke rakyat. Mestinya tidak bgitu. Harusnya menyampaikan visi misinya. Bukan hantam sana sini. Itu tidak efektif," sambungnya.

Hal senada juga dikatakan oleh pengamat psikologi politik Hamdi Muluk yang mengatakan dalam politik selalu ada usaha untuk medelegitimasi rivalnya. Ia menilai hal tersebut biasa saja selama dalam koridor yang jelas.

"Kalau ada kemarahan dalam politik itu wajar. Setiap aktor yang berpolitik itu rumusnya sederhana. Kalau bisa dia akan melakukan delegitmasi, bagaimana dia melegitimasikan posisinya dan medelegitimasi lawannya," ujar Hamdi Muluk.(dtc)

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

 
Copyright © . SkillBlogger. All Rights Reserved.
Designed by :-Way2themes